KOMPETENSI DASAR
3.7
Menganalisis peristiwa proklamasi kemerdekaan dan maknanya bagi kehidupan social, budaya, ekonomi, politik dan pendidikan
bangsa Indonesia
3.8
Menganalisis peristiwa pembentukan pemerintahan pertama Republik Indonesia pada
awal kemerdekaan dan maknanya bagi kehidupan kebangsaan Indonesia masa kini
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Peserta didik mampu menjelaskan kronologi sekitar kemerdekaan
2. Peserta didik mampu menafsirkan makna peristiwa kemerdekaan bagi kehidupan sosialm budaya, ekonomi, politik dan pendidikan bangsa Indonesia
3. Peserta didik mampu menganalisis kronologi peristiwa pembentukan pemerintahan pertama Republik Indonesia pada awal kemerdekaan
2. Peserta didik mampu menafsirkan makna peristiwa kemerdekaan bagi kehidupan sosialm budaya, ekonomi, politik dan pendidikan bangsa Indonesia
3. Peserta didik mampu menganalisis kronologi peristiwa pembentukan pemerintahan pertama Republik Indonesia pada awal kemerdekaan
4. Peserta didik mampu dan membandingkan pemerintahan awal kemerdekaan dengan kehidupan politik Indonesia masa kini
MATERI PEMBELAJARAN
A. Kronologi
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
1. Pada tanggal 7 September 1944, Perdana Menteri Koiso
mengutarakan “janji kemerdekaan Indonesia kelak dikemudian hari”. Oleh sebab
itu, pimpinan pemerintah pendudukan Jepang di Jawa Letnan Jenderal Kumaikichi
Harada pada tanggal 1 Maret 1945 menyetujui pembentukan Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritzu Zunbi Cosakai.
2. Pada tanggal 7 Agustus 1945, panglima tentara Jepang di Asia
Tenggara, Jenderal Terauchi menyetujui pembentukan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritzu
Zunbi Inkai dengan Ketua Ir. Soekarno dan Wakil Ketua Drs. Moh. Hatta.
3. Jenderal Terauchi kemudian memanggil Ir. Soekarno, Drs. Moh.
Hatta, dan dr. Radjiman Wediodiningrat ke Dalat, Vietnam Selatan. Jenderal
Terauchi memberitahukan bahwa pemerintah Jepang akan memberikan kemerdekaan
Indonesia sekitar 24 Agustus 1945. Wilayah Indonesia akan meliputi seluruh
wilayah bekas wilayah Hindia Belanda.
4. Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu setelah kota
Hirosima dan Nagasaki dibom atom pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945. Kekuatan
Jepang menjadi lumpuh.
5. Berita kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik tersiar melalui
radio Domei pada tanggal 15 Agustus 1945. Golongan Muda yang mendengar pidato
penyerahan kaisar Hirohito dan radio Domei adalah Sutan Syahrir. Oleh karena
itu, Sutan Syahrir mendesak kepada Soekarno-Hatta untuk segera memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia.
6. Para pemuda dipimpin oleh Chairul Saleh mengadakan rapat di
salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur, Jakarta (sekarang
fakultas kesehatan masyarakat UI) untuk menyikapi kekalahan Jepang atas Sekutu.
Rapat pada tanggal 15 Agustus 1945 pukul 20.00 WIB ini mnghasilkan keptusan,
antara lain:
·
Mendesak kepada Soekarno-Hatta untuk memproklamasikan
kemerdekaan pada 16 Agustus 1945.
·
Menunjuk Wikana dan Darwis menemui Soekarno-Hatta untuk
menyampaikan keputusan rapat
7. Wikana dan kawan-kawan bergegas menemui Ir. Soekarno di
kediamannya untuk menyampaikan keputusan rapat, bahwa kemerdekaan harus segera
diproklamasikan oleh Soekarno pada tanggal 16 Agustus 1945. Jika keinginan
tersebut tidak dilaksanakan, akan terjadi pertumpahan darah. Namun, Soekarno
menolak permintaan ini.
8. Para pemuda kemudian mengadakan pertemuan kembali di Asrama
Baperpi, Jalan Cikini 71 Jakarta dan menghasilkan kesepakatan golonggan muda
untuk membawa Soekarno-Hatta keluar kota yakni ke Rengasdengklok. Tujuannya
untuk menjauhkan kedua tokoh tersebut dari tekanan dan pengaruh Jepang.
9. Rengasdengklok dipilih sebagai tempat mengamankan
Soekarno-Hatta karena:
·
Letaknya terpencil ± 15 km dari jalan raya Jakarta-Cirebon.
·
Terdapat pasukan Peta yang persenjataannya kuat.
·
Masyarakatnya anti Jepang dan pro Proklamasi.
·
Daerahnya dapat dipantau dari berbagai penjuru.
10. Pada tanggal 16 Agustus 1945 dini hari, golongan muda
dipimpin Soekarni, Jusuf Kanto,
dan Syodanco Singgih, membawa Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta ke
Rengasdengklok untuk menekan mereka agar melaksanakan proklamasi lepas dari
ikatan Jepang. Soekarno akhirnya menyatakan kesediannya untuk mengadakan
proklamasi itu segera setelah kembali ke Jakarta.
11. Para pemuda kemudian bersedia melepaskan Soekarno-Hatta
kembali ke Jakarta setelah Ahmad Subardjo memberikan jaminan bahwa Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia paling lambat akan dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus
1945 pukul 12.00.
12. Pukul 23.00 WIB rombongan Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta
menuju rumah Laksamana Tadashi Maeda di Jl. Imam Bonjol no. 1 Jakarta untuk
menyusun teks Proklamasi.
13. Penyusun naskah Proklamasi adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh.
Hatta, dan Ahmad Sobardjo. Sementara Sukarni, Sudiro dan B.M. Diah hanya
menyaksikan saja. Tokoh-tokoh lainnya dan para pemuda menunggu di serambi muka.
14. Setelah naskah proklamasi selesai dirumuskan, pada pukul
04.00 WIB, Soekarno membacakan rumusan naskah proklamasi yang langsung
disetujui oleh hadirin. Sukarni mengusulkan agar yang naskah Proklamasi itu
cukup ditandatangani dua orang yakni Soekarno dan Hatta atas nama bangsa
Indonesia.
15. Selanjutnya Soekarno meminta Sayuti Melik untuk mengetik
naskah itu berdasarkan tulisan tangan Soekarno, disertai dengan
perubahan-perubahan yang telah disetujui. Teks yang diketik Sayuti Melik itulah
yang merupakan teks resmi (otentik), karena ditandatangani oleh Soekarno-Hatta.
16. Soekani memberitahukan bahwa rakyat Jakarta dan sekitarnya
telah diserukan untuk berkumpul di Lapangan Ikada (sekarang Lapangan Monas)
untuk mendengarkan pembacaan naskah Proklamasi. Akan tetapi, Soekarno
mengusulkan agar pembacaan naskah proklamasi dilakukan di rumahnya yakni di
Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta agar tidak terjadi bentrokan dengan pihak
Jepang.
17. Pada bulan puasa hari Jumat, tanggal 17 Agustus 1945 tepat
jam 10.00 WIB, Ir. Soekarno membacakan naskah Promaklasi Kemerdekaan Indonesia
didampingi Moh. Hatta dan tokoh pejuang kemerdekaan lainnya.
18. Peristiwa proklamasi
kemerdekaan hanya berlangsung dengan sederhana selama kurang lebih satu jam,
tetapi pristiwa membawa perubahan yang sangat luar biasa dalam kehidupan bangsa
Indonesia. Peristiwa proklamasi kemerdekaan mempunyai makna sebagai berikut.
·
Merupakan titik puncak perjuangan bangsa Indonesia mencapai
kemerdekaan.
· Indonesia terlepas dari belenggu penjajahan asing (baik dari
pihak Belanda maupun Jepang).
·
Lahirnya Negara Indonesia.
B. Perbedaan
Persepektif Antarkelompok di Sekitar Proklamasi
1. Sejak tanggal 15 Agustus 1945 Indonesia dalam keadaan vacuum of power (kekosongan kekuasaan).
Keadaan ini menimbulkan perbedaan persepektif (pandangan) terutama menyangkut
waktu pelaksaan proklamasi. Muncul kelompok nasionalis golongan tua dan
golongan muda.
·
Kelompok
nasionalis golongan tua mengambil strategi kooperatif terhadap
pemerintah Jepang yakni para anggota PPKI. Tokoh-tokoh golongan tua antara lain
Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. Ahmad Subardjo, Mr. Muh. Yamin, Ki Hajar
Dewantara, K.H. Mansur, dr. Buntaran, dan Mr. Iwan Kususmasumantri.
·
Kelompok
nasionalis golongan muda yang antifasis dan anti-Jepang terdiri
dari para pemuda, pelajar dan mahasiswa antara lain Sukarni, Chaerul Saleh,
Wikana, B.M. Diah, Adam Malik, dr. Muwardi, Johan Nur, Pandu Wiguna dan Syarif
Thayeb.
2. Kelompok nasionalis golongan tua bersikap sangat hati-hati
dan berpendapat bahwa kemerdekaan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
perjanjian dengan Jepang. Pembicaraan tentang proklamasi kemerdekaan harus
dilakukan dalam wadah PPKI. Golongan tua menyadari kekuatan Jepang di Indonesia
masih lengkap dan utuh serta ditugasi oleh Sekutu untuk mempertahankan status quo Indonesia.
3.
Kelompok nasionalis golongan muda bersikap sebaliknya,
mereka sangat agresif. Mereka menginginkan proklamasi kemerdekaan secepatnya
dilaksanakan sebelum Sekutu dantang mengambil alih kekuasaan dari tangan
Jepang. Kemerdekaan Indonesia harus diusahakan sendiri, bukan sebagai hadiah
dari Jepang. Oleh karena itu, golongan muda tidak menghendaki keterlibatan PPKI.
Mereka menganggap bahwa PPKI adalah sebuah badan buatan Jepang.
4. Kendati berbeda pendapat mengenai waktu proklamasi, tetapi
diantara kedua golongan terdapat kesepakatan mengenai tokoh yang pantas
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia yaitu Soekarno dan Hatta mewakili tokoh
para perjuang. Soekarno dan Hatta dianggap memiliki wibawa yang besar dimata
golongan tua dan muda. Kedua tokoh ini juga memiliki kepiawaian diplomasi
sehingga dapat menarik simpati perwira-perwira Jepang dalam mendukung
kemerdekaan Indonesia.
C. Penyebarluasan
Berita Proklamasi dan Sambutan Rakyat Indonesia terhadap
Proklamasi Kemerdekaan
1. Setelah teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berhasil
dirumuskan. Bung Karno berpesan kepada para pemuda yang bekerja pada pers dan
kantor berita, terutama B.M. Diah untuk memperbanyak teks proklamasi dan
menyiarkannya ke seluruh dunia.
2. Para pemuda membagi pekerjaan dalam kelompok-kelompok
sehingga naskah proklamasi dapat lebih cepat sampai kepada masyarakat. Semua
alat komunikasi yang ada dipergunakan untuk menyebarluasakan berita proklamasi
kemerdekaan.
3. Pada tanggal 17 Agustus 1945, teks proklamasi telah sampai
ditangan Kepala Bagian Radio Domei, Waidan B. Palenewen. Ia menerima teks
proklamasi dari seorang wartawan Domei, Syahruddin. Waidan B. Palenewen segera
memerintahkan D. Wuz (seorang markonis) untuk menyiarkan berita proklamasi tiga
kali berturut-turut. Akan tetapi, baru dua kali disiarkan, seorang tentara
Jepang masuk ke ruang radio dan menghentikan penyiaran berita proklamasi akan
tetapi, Waidan B. Palenewen memerintahkan F. Wuz untuk terus menyiarkan setiap
setengah jam sampai dengan pukul 16.00 saat siaran behenti.
4. Akibat penyiaran tersebut, pada tanngal 20 Agustus 1945,
pemancar radio disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk. Para
pemuda tidak kehilangan akal, mereka membuat pemancar baru dengan bantuan
teknisi radio, seperti Sukarman, Susiloharja, dan Suhandar. Alat pemancar yang
diambil dari Kantor Berita Domei sebagian dibawah ke rumah Waidan B. Palnewen
dan sebagian ke Menteng 31. Di Menteng 31 para pemuda berhasil merakit pemancar
baru dengan kode DJK I.
5. Usaha para pemuda menyiarkan berita Proklamasi tidak
terbatas lewat radio, melainkan juga lewat pers dan surat selebaran. Hampir
seluruh harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 membuat
berita proklamasi dan UUD Negara Republik Indonesia.
6. Penyebaran berita Proklamasi ke seluruh wilayah Indonesia
dilakukan melalu siaran radio. Penyambutan berita Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia oleh seluruh rakyat diikuti dengan pelucutan senjata tentara Jepang,
pengambilan kekuasaan, semangat membara untuk terus berjuang merebut dan
mempertahankan kemerdekaan.
7. Di samping melalui siaran radio, surat edaran, berita
proklamasi secara resmi juga dibawa oleh para utusan yang kebetulan menghadiri
Sidang PPKI dan menyaksikan peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal
17 Agustus 1945 di Jakarta. Utusan-utusan itu diantaranya:
·
Teuku Muhammad Hassan untuk daerah Sumatra
·
Sam Ratulangi untuk daerah Sulawesi.
·
Ketut Pujo untuk daerah Nusa Tenggara.
·
P. Mohammad Noor untuk daerah Kalimantan.
D. Proses
Terbentuknya Negara dan Pemerintahan Republik Indonesia
1. Sehari sesudah proklamasi kemerdekaan, para tokoh pendiri
Republik Indonesia disibukkan dengan kegiatan pembentukan lembaga pemerintahan
dan kenegaraan. PPKI melakukan sidang-sidang sebagai berikut:
a. Sidang
pertama PPKI (18 Agustus 1945) menghasilkan tiga keputusan penting
sebagai berikut:
· Menetapkan
dan mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang kemudian
dikenal sebagai Undang-Undang Dasar 1945.
· Memilih
dan menetapkan Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil
Presiden.
· Membentuk
komite Negara Indonesia (KNI) sebagai pembantu presiden yang berfungsi sebagai
DPR sebelum dilaksanakan pemilihan umum.
b. Sidang
PPKI kedua (19 Agustus 1945) menghasilkan dua keputusan, sebagai
berikut:
· Menetapkan
12 kementrian dalam lingkungan pemerintahan, yaitu Kementrian Dalam Negeri,
Luar Negeri, Kehakiman, Keuangan, Kemakmuran, Kesehatan, Pengajaran, Sosial,
Pertahanan, Penerangan, Perhubungan dan Pekerjaan Umum.
· Membagi
daerah Republik Indonesia dalam delapan provinsi, yaitu Sumatra, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Sunda Kecil, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan.
c.
Sidang
PPKI ketiga (22 Agustus 1945) berhasil mengambil tiga keputusan
penting, yakni untuk membentuk Komite Nasional, Partai Nasional Indonesia dan
Badan Keamanan Rakyat.
2. Dalam sidang PPKI pada tanggal 22 Agustus 1945, Presiden
Soekarno mengumumkan pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang bertugas
sebagai penjaga kemanan dan ketertiban. BKR Pusat dipimpin oleh Kaprawi
(ketua), Sutalaksana, dan Hedraningrat (wakil).
3. Selanjutnya, berdasarkan Maklumat Pemerintah tanggal 5
Oktober 1945 dibentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Sebagai pemimpin tertinggi
TKR, diangkat Supriyadi. Namun, karena tidak pernah muncul digantikan oleh
Kolonel Soedirman. Pada tanggal 18 Desember, Soedirman dilantik sebagai
Panglima Besar TKR, dengan pangkat Jenderal, sedangkan Oerip Sumohardjo
diangkat sebagai Kepala Staf Umum TKR dengan pangkat Letnan Jenderal. Tanggal 5 Oktober dijadikan sebagai Hari
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).
4. Dalam perkembangannya, pada tanggal 25 Januari 1946 TKR
diubah menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI). Selanjutnya, tanggal 3 Juni
1947, TRI diganti menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI)
Dukungan
dari Berbagai Daerah Terhadap Pembentukan Negara dan Pemerintahan RI
1. Pada tanggal 19 September 1945, massa berbondong-bondong
membanjiri Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta) untuk mendengar pidato
Presiden pertama RI.
2. Namun, karena situasi menjadi tegang, untuk menhindarkan
bentrokan dengan Jepang, Presiden Soekarno hanya menyampaikan beberapa pesan
singkat meminta kepercayaan dan dukungan rakyat kepada pemerintah RI dengan
cara mematuhi perintahnya. Presiden kemudian membubarkan massa dan meminta
rakyat untuk pulang dengan tertib dan tenang.
3. Rapat Raksasa di Lapangan Ikada ini berlangsung sangat
singkat, tetapi memiliki arti penting bagi perjuangan menegakkan kedaulatan RI,
yakni memperlihatkan kepada dunia bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia
mendapat dukungan penuh dari seluruh rakyat.
4. Dengan terbentuknya Negara dan Pemerintahan Republik
Indonesia, dukungan dari berbagai daerah mengalir, diantaranya dari Sri Sultan
Hamengku Buwono IX mewakili Kesultanan Yogyakarta yang mendukung kemerdekaan
dan tunduk kepada pemerintahan Republik Indonesia lewat Telegram tanggal 1
September 1945. Pemerintahan RI membalas tanggal 5 September 1945 dan
mengangkat Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa.
5. Demikian juga untuk Surakarta, yang terdiri dari Kasunanan (dibawah
pemerintahan Sri Susuhunan Paku Buwono XII) dan Mangkunegaran (dibawah
pemerintahan Mangkunegoro VII), mendukung sepenuhnya pemerintah Republik
Indonesia. Daerah-daerah lainnya di Indonesia pun satu per satu memberikan
dukungan kepada pemerintahan RI.
Simak juga Video Pembelajaran Berikut Ini!
ULANGAN HARIAN
Silakan klik tautan berikut ini!
0 Komentar